Mata Pelajaran IPA untuk SMK (KTSP)
Standar kompetensi : 2. Memahami polusi dan dampaknya terhadap manusia dan lingkungan.
Kompetensi dasar : 2.4. Mendeskripsikan cara-cara
menangani limbah.
1. Pengolahan Limbah Padat
Pengolahannya dapat dilakukan dengan 4 cara :
a.
Penimbunan, ada 2 metode :
1)
Penimbunan terbuka (open dumping), yaitu limbah
dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam suatu lahan. Kelemahan metode ini :
sebagai tempat berkembangnya kuman dan penyakit, dan rembesan cairan dari
limbah dapat mengotori air tanah di sekitarnya.
2)
Sanitary landfill, yaitu limbah diangkut ke tempat yang
luas jauh dari pemukiman, limbah diratakan, dipadatkan, kemudian ditimbun
dengan tanah selapis demi selapis.
b.
Insinerasi
Yaitu membakar
limbah secara besar-besaran dengan menggunakan alat yang disebut insinerator.
Kelebihan : mengurangi volume limbah padat hingga 90%. Kekurangan : biaya mahal
dan menghasilkan limbah gas yang mencemari udara.
c.
Pembuatan kompos
Merupakan cara
terbaik menangani limbah organik. Kompos dapat berbentuk padat dan cair. Untuk
membuat kompos dapat menggunakan mikroorganisme EM4 (Effective Microorganism 4)
yang merupakan campuran kultur Rhodopseudomonas
sp, Actinomycetes sp, Streptomyces sp, dan Saccharomyces cerevisiae. Kompos juga
dapat dibuat dengan bantuan cacing tanah yaitu Lumbricus terrestris, L. Rubellus, Pheretima defingens, dan Eisenia foetida.
d.
Reuse, reduce, recycle
Reuse yaitu
pemakaian kembali limbah tanpa harus melalui proses daur ulang dan pengolahan
limbah. Contoh : botol bekas sirup dapat digunakan untuk tempat air minum.
Reduce, yaitu
mengurangi jumlah bahan yang dapat menjadi limbah. Contoh : menggunakan satu
kantong plastik kresek untuk berbelanja.
Recycle, yaitu
mendaur ulang limbah untuk dihasilkan produk baru yang bermanfaat. Contoh :
mendaur ulang kertas dan plastik bekas untuk dihasilkan produk kertas baru dan
plastik baru.
2. Pengolahan Limbah Cair
Pengolahannya melalui 3 tahap :
a.
Tahap pengolahan
primer meliputi :
1)
Metode pengendapan (sedimentation)
· Penyaringan
(screening). Limbah disaring menggunakan jeruji saring (bar screen).
· Pengolahan awal
(pre treatment). Limbah dialirkan ke suatu bak/tangki yang disebut grit chamber.
· Pengendapan
(sedimentation). Limbah diendapkan untuk memisahkan partikel-partikel padat
yang tersuspensi dalam air limbah.
2)
Metode pengapungan (flotation)
Digunakan untuk
memisahkan polutan berupa lemak atau minyak, dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan gelembung-gelembung udara berukuran kecil.
b.
Tahap pengolahan
sekunder, merupakan tahap pengolahan yang melibatkan mikroorganisme untuk
mengurai/mendegradasi bahan organik dalam limbah. Ada 3 metode yaitu :
1)
Metode tetesan (trickling filter)
Limbah cair
disemprotkan ke permukaan media yang telah ditumbuhi bakteri aerob, limbah cair
dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama perembesan, bahan organik
dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Tetesan limbah kemudian akan
ditampung dan disalurkan ke tangki pengendapan untuk memisahkan partikel padat
tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan
mengalami proses pengolahan lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke
lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih
diperlukan.
2)
Metode lumpur aktif (activated sludge)
Limbah cair
disalurkan ke sebuah tangki berisi mengandung lumpur yang mengandung bakteri
aerob. Proses degradasi limbah berlangsung selama beberapa jam dibantu dengan
aerasi oksigen. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan, sedangkan
lumpur disalurkan kembali ke tangki aerasi.
3)
Metode kolam perlakuan (treatment ponds/lagoons)
Limbah cair
ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Proses degradasi berlangsung dengan menggunakan
oksigen hasil fotosintesis algae di kolam. Selama degradasi, limbah juga
mengalami proses pengendapan di dasar kolam, sedangkan air limbah dapat
disalurkan untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.
c. Tahap pengolahan tersier
Proses ini
dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat zat
tertentu yang berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat, pengolahannya
disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah. Beberapa metode
pengolahan limbah tersier antara lain : sand filter, multimedia filter, precoal
filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif,
pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
d. Desinfeksi/pembunuhan kuman
Dilakukan dengan
menambahkan klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet, dan perlakuan
dengan ozon. Proses desinfeksi dilakukan setelah seluruh proses pengolahan
primer, sekunder, dan tersier selesai, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.
e. Pengolahan lumpur
Lumpur hasil
pengolahan primer, sekunder, dan tersier tidak dapat dibuang langsung ke
lingkungan, tetapi perlu diolah lebih lanjut. Pengolahan lumpur tersebut
dilakukan dengan cara penguraian anaerob, kemudian disalurkan ke lingkungan
(laut, lahan pembuangan, dijadikan kompos, atau dibakar).
3. Pengolahan Limbah Gas
Dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Mengontrol emisi gas buang
Mengurangi
sulfur oksida : desulfurisasi, yaitu memasang filter basah (wet scrubber).
Mengurangi
nitrogen oksida : menurunkan suhu pembakaran mesin.
Mengurangi
karbonmonoksida : memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter) untuk
menyempurnakan pembakaran.
b. Menghilangkan materi partikulat dari udara pembuangan
1)
Filter udara, terbuat dari bahan yang dapat menangkap materi
partikulat padat seperti debu, serbuk sari, dan spora dari udara. Filter ini
digunakan pada ventilasi ruangan, cerobong pabrik, dan mesin kendaraan
bermotor.
2)
Pengendap siklon, yaitu alat pengendap materi
partikulat yang ikut dalam gas atau udara buangan dengan memanfaatkan gaya
sentrifugal gas buang yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung
siklon sehingga partikel yang realtif berat akan terjatung ke bawah. Ukuran
partikulat yang dapat diendapkan antara 5 – 40 mikron.
3)
Filter basah, yaitu bahan penyaring udara
yang bekerja dengan cara menyalurkan udara ke dalam fillter kemudian
menyemprotkan air ke dalamnya. Saat udara kontak dengan air, partikel padat dan
senyawa lain yang larut dalam air akan ikut terbawa air turun ke bagian bawah
sedangkan udara bersih dikeluarkan dari filter.
4)
Pengendap sistem gravitasi, alat ini hanya
dapat digunakan untuk membersihkan udara yang mengandung partikulat berukuran
besar, 50 mikron atau lebih. Cara kerja : mengalirkan udara kotor ke dalam alat
yang dapat memperlambat kecepatan gerak udara, sehingga saat terjadi perubahan
kecepatan, materi partikulat akan jatuh dan terkumpul di bagian bawah akibat
gaya gravitasi.
5)
Pengendap elektrostatik, yaitu alat
pembersih udara yang mengguanakan elektroda arus DC. Cara kerja : udara kotor
disalurkan ke dalam alat dan elektroda akan menyebabkan materi partikulat dalam
udara mengalami ionisasi. Ion-ion dalam gas buang tersebut akan tertarik ke
bawah, sedangkan udara bersih akan keluar. Alat ini dapat membersihkan udara
dalam jumlah besar.
4. Pengolahan Limbah B3
Dapat dilakukan dengan 3 metode :
a. Metode pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi
Secara fisika :
dilakukan dengan pembakaran/insinerasi, juga dilakukan pengontrolan agar gas
beracun hasil pembkaran tidak mencemari udara.
Secara kimia :
dilakukan dengan cara stabilisasi/solidifikasi, yaitu mengubah bentuk fisik
dan/atau sifat kimia dengan menambahkan senyawa pereaksi (seperti : CaOH2
dan bahan termoplastik) untuk memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan, atau
penyebaran daya racun limbah sebelum dibuang ke lingkungan.
Secara biologi :
dilakukan dengan cara bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah
penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/mengurai limbah
B3, sedangkan fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk menyerap dan
mengakumulasi bahan beracun dari tanah.
b.
Metode pembuangan limbah B3
1)
Sumur dalam/sumur injeksi (deep well injection)
Yaitu memompa
limbah melalui pipa ke lapisan batuan dalam, di bawah lapisan air tanah,
sehingga limbah terperangkap dalam lapisan batuan dan tidak mencemari tanah dan
air.
2)
Kolam penyimpanan (surface impoundments)
Limbah cair B3
ditampung dalam kolam yang dilapisi lapisan pelindung untuk mencegah perembesan
limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan mengendap di dasar.
3)
Landfill untuk limbah B3 (secure landfills)
Limbah B3
ditempatkan dalam drum/tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain
khusus untuk mencegah perembesan limbah B3 ke lingkungan. Landfill dilengkapi
peralatan monitoring limbah dan kondisis limbah B3 harus selalu dipantau.
Sumber :
Ernawati, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMK dan
MAK Kelas XI. Penerbit Erlangga : Jakarta.
1 komentar:
Terimakasih informasinya
Post a Comment